Senin, 29 Februari 2016

Sejarah Awalnya Masuknya Islam di Aceh

                      Sejarah Masuknya Islam

Di Nanggroe Aceh Darussalam

   
     Tahukah anda Nanggroe Aceh Darussalam adalah daerah Pertama kali awal masuknya agama ISLAM di Indonesia?


   Ada beberapa teori yang hingga kini masih sering dibahas, baik oleh sarjana-sarjana Barat maupun kalangan intelektual Islam sendiri. Setidaknya ada tiga teori yang menjelaskan kedatangan Islam ke Timur Jauh termasuk ke Nusantara. Teori pertama diusung oleh Snouck Hurgronje yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah di anak benua India. Tempat-tempat seperti Gujarat, Bengali dan Malabar disebut sebagai asal masuknya Islam di Nusantara.

Teori kedua, adalah Teori Persia. Tanah Persia disebut-sebut sebagai tempat awal Islam datang di Nusantara. Teori ini berdasarkan kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam dengan penduduk Persia. Misalnya saja tentang peringatan 10 Muharam yang dijadikan sebagai hari peringatan wafatnya Hasan dan Husein, cucu Rasulullah. Teori ini menyakini Islam masuk ke wilayah Nusantara pada abad ke-13. Dan wilayah pertama yang dijamah adalah Samudera Pasai. 
Kedua teori di atas mendatang kritikan yang cukup signifikan dari teori ketiga, yakni Teori Arabia. Dalam teori ini disebutkan, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia datang langsung dari Makkah atau Madinah. Waktu kedatangannya pun bukan pada abad ke-12 atau 13, melainkan pada awal abad ke-7. Artinya, menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada awal abad hijriah, bahkan pada masa khulafaur rasyidin memerintah. Islam sudah mulai ekspidesinya ke Nusantara ketika sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib memegang kendali sebagai amirul mukminin.
Peta Nanggroe Aceh Darussalam
                                                                    










Perkembangan awal Islam di Aceh  

  Islam terus berkembang di Perlak dan perkembangannya yang luas itu lahir dengan jelas di abad XIII M. melebihi dari daerah-daerah lain di Sumatra. Hakikat ini dilihat dan diakui oleh Marco Polo, seorang pengembara Itali yang tiba di Sumatera dalam tahun 1292 M, yang berkata bahwa dimasa itu Sumatra terbagi dalam delapan buah kerajaan yang semuanya menyembah berhala kecuali sebuah saja yaitu Perlak berpegang dengan  Islam karena menurut dia : Perlak selalu didatangi oleh saudagar-saudagar Saracen (muslim) yang membawa penduduk Bandara ini memeluk undang-undang Muhammad. Perkataan Marco Polo menunjukkan bahwa Perlak d iabad ke XIII M, itu sebuah pusat perniagaan yang maju di Nusantara yang menjadi tumpuan saudagar-saudagar muslim baik orang-orang Arab maupun Parsi, telah menjadi Perlak sebagia sebuah pusat penyiaran Islam di Nusantara. Kerajaan Islam Perlak terus merupakan sebuah kerajaan tersendiri merdeka sehingga ia digabungkan ke dalam  kerajaan Islam Samudra Pase di zaman pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Dzahir (688-1254 H = 1289-1326 M).
Kerajaan Samudra Pase mulai berdiri dalam tahun 433 H/1042 M, ketika Meurah Khair dilantik menjadi raja dengan gelaran : Maharaja Mahmud Syah, dan memerintah hingga tahun 470 H/1078 M. Setelah itu kerajaan Samudra di perintah oleh bebarapa orang raja yaitu, 1. Maharaja Mansur Syah (470-527 H/1078-1133 M), 2. Maharaja Ghiyasyuddin Syah (cucu Meurah Khair) (527-550 H/1133-1155 H),    3. Maharaja Nuruddin (Meurah Noe) atau Teungku Samudra yang lebih dikenal dengan “Sultan Al-Kamil” (550-607 H/1155-1210 M).
Perkembangan Dakwah Islamiah di Perlak dan Samudra Pase di abad ke 13 M, sebagaimana yang telah disebutkan dahulu, telah menarik kegemaran banyak ahli-ahli tasawuf terutama sekali dari orang-orang Parsi untuk datang ke Nusantara untuk memesatkan lagi perkembangan dakwah Islamiah di kawasan ini. Diantara mereka ialah Jihan Syah yang datang dari pesisir Malabar (pantai India Barat) ke Aceh tahun 1204 M/601 H.
Jihan Syah bergelar “Seri Paduka Sultan” yaitu perkataan yang bercampur dari bahasa sangsekerta dengan bahasa Arab. Jihan Syah ini boleh jadi orang Parsi atau orang India keturunan Parsi sebagaimana boleh dipahami dari namanya. Beliau ialah Sultan yang mula pertama membangunkan kerajaan Islam di Pantai Aceh Tiga Segi yang dinamakan “Aceh Besar” dan pusat pemerintahannya di Ramni yang sekarang Kampong Pandee. Dinasti Jihan Syah memerintah Aceh selama lebih kurang dua abad (1205-1408).
   Kelahiran kerajaan Islam Aceh di abad 13 M itu telah menambah lagi kecerdasan perkembangan dakwah islamiah di Nusantara; akan tetapi sejarah tidaklah mencatat demikian jelas sejauh manakah peranan Aceh di dalam perkembangan dakwah islamiah, walau bagaimanapun satu dokumentasi tua telah dijumpai di Aceh yang dapat mengambarkan kepada kita bagaimana peran Aceh di dalam dakwah islamiah di Nusantara. Dokumentasi itu berbentuk satu peta dakwah dikepulauan Nusantara.
Peta tersebut menunjukkan bahwa sekumpulan pendakwah yang diketuai oleh Abdullah Al-Malikulmubin berpusat di Aceh telah dibagi-bagikan daerah untuk berdakwah kekawasan-kawasan yang ditentukan, seperti ; Al-Said Syekh Ahmad Attawawi: Kedah ke Semenanjung tanah Malayu. Al-Said Syekh Muhammad Said ke Campa. Al-Said Syekh Muhammad ke Minangkabau Al-Said Muhammad Daud: Petani Utara Semenanjung Tanah Malayu. Al-Said Syekh Abdul Wahab ke Kedah.
Abdullah al-Malikulmubin memilih Aceh sebagai tempat kegiatannya, karena dalam pandanganya bahwa Aceh di masa itu merupakan tempat yang sangat sesuai dijadikan pusat gerakan dakwah islamiah bagi nusantara khususnya dan Asia Tenggara umumnya disebabkan kedudukannya sebagai sebuah pusat perniagaan yang penting di daerah ini.
Demikian juga dakwah islam semakin gencar baik ke dalam sendiri ke pelosok-pelosok Aceh maupun ke luar Aceh. Pelaksanaan ajaraan islam bukan hanya dalam bidang amar ma’ruf tetapi juga dalam nahi munkar. Karena itu di Aceh telah dikenal pengadilan yang berdasarkan agama. Di masa jayanya Kerajaan Aceh, kekuasaan dipegang oleh Kadli Malikul Adil. Pengadilan ini mulai ditingkat pusat kerajaan sampai ke mukim-mukim di mana Uleebalang sebagai pimpinan daerahnya.
   Demikianlah agama islam telah menjadi peraturan hidup umat di Aceh ketika itu sehingga tidak heran dikemudian hari selanjutnya islam itu telah menjadi   way of life nya masyarakat Aceh. Itu pula yang menyebabkan kemudian orang Aceh mau berjuang mati-matian mempertahankan Aceh dari serangan Belanda. Karena menurut orang Aceh, Aceh sama dengan islam. Memerangi Aceh sama dengan memerangi islam. Para ulama bersama dengan pengikutnya menganggap perang tersebut perang sabil, perang suci, jika mereka menang berarti menang islam dan jika mereka gugur mereka mati syahid akan diberi imbalan syurga Jannatun Na’im.
     
       
"Inilah peta jalur masuknya Islam ke Indonesia"


Inilah Tokoh-Tokoh Para Penyebar Agama Islam 
Di Serambi Makkah :

A. Sultan Malik Al-Saleh


   Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera Pasai. Sebelum menjadi rajabeliau bergelar Meurah Silue atau Merah Selu. Beliau adalah putera Meurah Gajah. Diceritakan Meurah Selu mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, beliau berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu Samudra Pasai. Meurah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang Syarif Mekah. Setelah masuk Islam, Meurah Selu diberi gelar Sultan Malik Al-Saleh atau Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M.

B. Sultan Ahmad

   Sultan Ahmad adalah sultan Samudera Pasai yang ketiga. Beliau bergelar Sultan Malik Al-Tahir II. Pada masa pemerintahan beliau, Samudera Pasai dikunjungi oleh seorang ulama Maroko, yaitu Ibnu Battutah. Ulama ini mendapat tugas dari Sultan Delhi, India untuk berkunjung ke Cina. Dalam perjalanan ke Cina Ibnu Battutah singgah di Samudera Pasai. Ibnu Battutah menceritakan bahwa Sultan Ahmad sangat memperhatikan perkembangan Islam. Sultan Ahmad selalu berusaha menyebarkan Islam ke wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Samudera Pasai. Beliau juga memperhatikan kemajuan kerajaannya. Beliau menjadi sultan samudera pasai pda tahun 1326-1348.

C. Sultan Alauddin Riyat Syah


    Sultan Alauddin Riyat Syah adalah sultan Aceh ketiga. Beliau memerintah tahun 1538-1571. Sultan Alauddin Riyat Syah meletakan dasar-dasar kebesaran Kesultanan Aceh. Untuk menghadapi ancaman Portugis, beliau menjalin kerja sama dengan Kerajaan Turki Usmani dan kerajaan-kerajaan Islam lainnya. Dengan bantuan Kerajaan Turki Usmani, Aceh dapat membangun angkatan perang yang baik. Sultan Alauddin Riyat Syah mendatangkan ulama-ulama dari India dan Persia. Ulama-ulama tersebut mengajarkan agama Islam di Kesultanan Aceh. Selain itu, beliau juga mengirim pendakwah-pendakwah masuk ke pedalaman Sumatera, mendirikan pusat Islam di Ulakan, dan membawa ajaran Islam ke Minang Kabau dan Indrapura. Sultan Alauddin Riyat Syah wafat pada tanggal 28 September 1571.

D.Sultan Iskandar Muda

   
  
     Sultan Iskandar Muda adalah sultan Aceh yang ke-12. Beliau memerintah tahun 1606-1637. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami puncak kemakmuran dan kejayaan. Aceh memperluas wilayahnya ke selatan dan memperoleh kemajuan ekonomi melalui perdagangan di pesisir Sumatera Barat sampai Indrapura. Aceh meneruskan perlawanan terhadap Portugis dan Johor untuk merebut Selat Malaka. Sultan Iskandar Muda menaruh perhatian dalam bidang agama. Beliau mendirikan sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Baiturrahman. Beliau juga mendirikan pusat pendidikan Islam atau dayah. Pada masa inilah, di Aceh hidup seorang ulama yang sangat terkenal, yaitu Hamzah Fansuri. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, disusun sistem perundang-undangan yang disebut Adat Mahkota Alam. Sultan Iskandar Muda juga menerapkan hukum Islam dengan tegas. Bahkan beliau menghukum rajam puteranya sendiri. Ketika dicegah melakukan hal tersebut, beliau mengatakan, “Mati anak ada makamnya, mati hukum ke mana lagi akan dicari keadilan.” Setelah beliau wafat, Aceh mengalami kemunduran.
Itulah Tokoh-Tokoh Islam Di Aceh, Yang memperjuangkan jiwa raganya untuk menyebarkan agama kita tercinta yaitu agama Islam.

      Sekian dari saya Haris Maulana Dira, Jika ada salah dalam penulisan mohon dimaklumi, lebih dan kurang saya mohon maaf. Ass. Wr, Wb.